PIKIRAN RAKYAT – Kapal selam nuklir milik Prancis baru-baru ini melakukan patroli melalui Laut Natuna Utara.
Menteri Pertahanan Prancis mengumumkan bahwa langkah mereka bisa saja membuat China marah.
Hal itu bisa terjadi karena selama ini China telah mengklaim menguasai perairan strategis tersebut sebagai wilayahnya.Diketahui Menteri Pertahanan Florence Parly mengunggah sebuah cuitan yang menerangkan bahwa SNA Emeraude didampingi oleh kapal pendukung BSAM Seine dalam perjalanan tersebut, sebagaimana Pikiran-Rakyat.com lansir dari laman NDTV.“Patroli luar biasa ini baru saja menyelesaikan satu bagian di Laut Natuna Utara. Bukti mencolok dari kapasitas Angkatan Laut Prancis kami untuk ditempatkan jauh dan dalam waktu lama, bersama mitra strategis Australia, Amerika dan Jepang,” cuitnya.
China mengklaim hampir semua wilayah Laut Natuna Utara adalah miliknya, sementara Taiwan, Filipina, Brunei, Malaysia, dan Vietnam juga mengklaim perairan tersebut.Perebutan di perairan strategis ini terjadi lantaran terdapat harta karun berupa minyak dan gas yang sangat berharga.Kapal perang AS sesekali melakukan misi ‘kebebasan navigasi’ melalui atau dekat perairan yang diklaim Beijing untuk menekankan penolakan Washington atas klaim tersebut.
USS John S. McCain pekan lalu berlayar di dekat pulau-pulau di Laut Natuna Utara dan melakukan transit melalui Selat Taiwan, yang sukses memicu peringatan dari China.Anggota NATO, Prancis, memiliki zona ekonomi eksklusif di Pasifik di sekitar wilayah luar negerinya.
Pihak NATO bahkan sering menekankan pentingnya mempertahankan kebebasan navigasi di wilayah tersebut.
“Mengapa misi seperti itu? Untuk memperkaya pengetahuan kami tentang wilayah ini dan menegaskan bahwa hukum internasional adalah satu-satunya aturan yang berlaku, di mana pun laut tempat kami berlayar,” ujar Parly dalam cuitannya.Patroli Prancis dilakukan setelah pelantikan Presiden AS Joe Biden, yang telah menggarisbawahi dukungan untuk sekutu Washington di Asia, setelah empat tahun pemerintahan Donald Trump kacau balau.
Pemerintah Prancis takut jika peristiwa tahun 2019 lalu terulang kembali. Pada saat itu terjadi insiden angkatan laut di Selat Taiwan ketika kapal-kapal Tiongkok menyuruh fregat Prancis Vendemiare untuk meninggalkan jalur air yang memisahkan daratan Tiongkok dan Taiwan, darah sensitif lain yang diklaim Beijing.
Sementara itu, China yang berusaha untuk memperkuat benteng militernya selalu melakukan latihan.Bahkan pesawat tempur China berani melintasi langit Taiwan untuk memberi peringatan kepada negara-negara lawan tentang kehebatannya.
Tak berhenti sampai di situ, China bahkan mengeluarkan undang-undang yang mengizinkan penjaga pantai di wilayahnya untuk menembaki kapal asing yang berani menginjakkan kaki di perairan tersebut.
China juga mengembangkan rudal hipersonik yang memiliki daya hancur tinggi jika diarahkan kepada musuh.Hal itu pun sukses membuat dunia memperhatikan China dan berbagai aksinya.Tak sedeikit yang mengkritik aksi agresif China dalam memperebutkan wilayah perairan Natuna Utara.
Komentar0